Rekam sebagai catatan dan ingatan tentang praktik kedokteran telah dikenal
orang sejak zaman palaelolitikum ± 25.000 SM, yang ditemukan
di gua batu di Spanyol. Di zaman Babylon, pengobat di Mesir, Yunani dan Roma menulis aneka pengobatan dan pembedahan yang penting pada
dinding-dinding gua, batang kayu dan bagan tabel yang dibuat dari tanah liat
yang dibakar. Selanjutnya
dengan berkembangnya hieroglyph (tulisan Mesir kuno) ditemukan catatan pengobatan
pada dinding makam dan candi Mesir, serta di atas papyrus (semacam gulungan kertas yang
terbuat dari kulit). Salinan papyrus yang ditulis pada tahun 1600 SM yang ditemukan oleh
Edwin Smith pada abad ke 19 di Mesir masih tersimpan di New York
Academy of Medicine.
Hippocrates
yang lahir pada tahun 450 SM, juga dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, memerintahkan kepada murid-muridnya Thesalu, Dracon dan Dexippus, untuk mencatat dan memelihara semua penemuannya tentang panyakit pasien-pasiennya
secara rinci. Francis Adams pada tahun 1849 menerjemahkan catatan yang ditulis
oleh Hippocrates, salah satunya adalah riwayat dan perjalanan penyakit isteri
Philinus setelah melahirkan sampai meninggal. Di Roma, 600 tahun sesudah Hippocrates, seorang
dokter bernama Galen mencatat riwayat dan perjalanan penyakit pasien yang
ditulis dalam bahasa latin. Selanjutnya oleh Ibnu Sina (980-1037),
mengembangkan ilmu kedokteran tersebut berdasarkan catatan-catatan jamannya
Hipocrates.
Rumah sakit St. Bartholomew London, Inggris,
merupakan rumah sakit yang menyimpan rekam medis sejak dibuka pada tahun 1137. Pada saat Raja Henry ke 8 (1509-1547)
berkuasa, rumah sakit tersebut membuat peraturan tentang menjaga kerahasiaan
dan kelengkapan isi rekam. Pada jaman ini perkembangan ilmu kedokteran semakin pesat seiring dengan
itu diikuti pula pencatatan ke dalam rekam yang digunakan untuk
pengelolaan pasien dan perkembangan ilmu. Inilah rumah sakit pertama yang
mempunyai perpustakaan kedokteran, yang kini catatan tersebut dapat disamakan dengan rekam medis.
Selanjutnya, dengan mulai dikenalnya ilmu statistik
pada abad 17-18, peranan data
rekam medis menjadi sangat
penting untuk menghitung angka kesakitan dan kematian di rumah sakit tertentu
atau pada wilayah tertentu. Di Amerika, Rumah Sakit Penzylvania yang didirikan pada tahun 1752, menyimpan indeks pasien yang disimpan sampai
sekarang. Sedangkan Rumah
Sakit Massachusete, Boston, oleh pustakwan Grace Whiting Meyers (1859 -1957), mulai membuatkan katalog catatan-catatan
rekam pasien dan mengenalkan terminologi medik.
Keputusan-keputusan pelayanan medik/ klinis dan manajemen pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada data dan informasi yang akurat (evidence
base), diperoleh karena adanya pencatatan data rekam medis. Selanjutnya pada tahun 1902 dalam pertemuan
Asosiasi Rumah Sakit Amerika mengemukakan pentingnya kelengkapan pencatatan
data perawatan pasien ke dalam rekam medis sebagai tanggung jawab dokter. Sejalan dengan
perkembangan akreditasi rumah sakit di Amerika, maka standarisasi rekam medis mulai dibuat.
Pada tahun 1935, rumah sakit St. Mary di Duluth
Minnesota berafilisai dengan College of Sta Schotlastica, membuka pendidikan Medical Record Librarians yang
pertama. Perkembangan berikutnya, pendidikan khusus tentang rekam medis
diselenggarakan di beberapa tempat lainnya. Kemudian diikuti
dengan pembukaan pendidikan Medical Record Technician pada tahun 1953 di Amerika oleh America Assosiation of Record Librarians dengan memperoleh grant dari WK Kellog Foundation.
Kebutuhan tentang perlunya rekam medis di seluruh dunia pada awal abad 20 semakin
berkembang dengan adanya akreditasi pelayanan kesehatan yang mendorong
didirikannya asosiasi-asosiasi perekam medis di setiap negara. Akreditasi pelayanan kesehatan
dilakukan berdasarkan bukti-bukti tertulis proses pelayanan kesehatan dan
administrai untuk dinilai. Pencatatan data ke dalam rekam medis dan pengelolaanya diperlukan ilmu dan keahlian. Oleh
karena itu, para perekam medis mendirikan asosiasi-asosiasi (perhimpunan) perekam medis disetiap negara di dunia
ini. Misalnya, di Amerika didirikan American Health Information Management Association (AHIMA) dan perhimpunan di dunia menyatu
dalam International Health Record Organization (IFHRO), sedangkan di Indonesia bernama
Perhimpunan Organisasi Profesional Perekam medis dan Informasi Kesehatan Indonesia (PORMIKI).
Dari fakta di atas, menunjukkan bahwa sejarah perkembangan rekam medis selalu mengiringi perkembangan ilmu kedokteran. Hal ini menunjukkan
pula bahwa kepentingan rekam medis pada mulanya untuk membantu mengingat para
dokter dalam pelayanannya kepada pasien. Dengan demikian, kegiatan utamanya
adalah catat-mencatat dan mendokumentasikan seluruh tindakan medis. Namun kedudukan rekam
medis jika disandingkan
dengan ilmu kedokteran, rekam medis ditempatkan pada posisi penunjang dalam
pelayanan kepada pasien, yaitu urusan catat-mencatat, simpan menyimpan dan pengambilan kembali, serta
penyajian data kesehatan yang akurat untuk pengambilan keputusan klinis,
menunjang keperluan tenaga medis dan peningkatan pelayanan kesehatan kepada
pasien.